TANYA
Ustad Massar yang saya hormati. Beberapa teman saya yang saya lihat kaya raya justru bercerai, rumah tangganya bubar. Itu membuat saya dan pacar saya kadang masih ragu untuk meneruskan ke jenjang pernikahan. Saya dan pacar saya sama-sama bekerja dengan penghasilan ratusan juta per bulan kalau digabung. Kami setelah menikah tentu tidak mau bertengkar tentang menentukan mana uang saya, uang suami, dan uang bersama. Mohon Ustad bisa memberi gambaran dan pencerahan agar kami semakin mantap untuk menikah. Terima kasih sebelumnya.
Clarice Kayla, Jakarta Utara
JAWAB
Untuk Clarice di Jakarta Utara. Jadi begini, seseorang yang terlihat kaya raya belum tentu tidak punya hutang. Tentu mereka punya sistem manajemen keuangan sendiri. Bagaimana menabung, pengeluaran, asuransi, investasi, aset, dan hutang harus ditata sedemikian rupa. Pengusaha besar punya hutang. Negara juga punya hutang. Rumah tangga yang dibangun dengan kondisi keuangan bagus saja rentan perceraian. Apalagi rumah tangga yang masih terseok-seok dalam hal keuangan.
Memang masalah keuangan menjadi salah satu faktor penting dalam rumah tangga. American Psychological Association (APA) melaporkan bahwa 55% orang dewasa di Amerika setuju bahwa uang menjadi sumber konflik utama dalam rumah tangga. Oleh karena itu, komunikasi secara terbuka dan efektif terkait keuangan sangat penting dalam membangun suatu hubungan terutama bagi mereka yang hendak menikah. Makanya, sebagaimana yang pernah saya sampaikan pada klien sebelumnya di rubrik konsultasi, pacaran itu bukan hanya sekadar bersenang-senang dan membicarakan hal-hal remeh tapi bagaimana komunikasi dengan pasangan itu mengarah pada diskusi dan perencanaan ke depan menuju pernikahan termasuk tentang masalah keuangan. Dalam hal ini, mencari pacar dan calon pendamping hidup memang harus “nyambung” ketika diajak ngobrol. Ada beberapa bahan diskusi yang bisa dimulai dengan beberapa pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana kondisi keuanganmu saat ini?
Pertanyaan ini untuk mencari tahu tentang berapa pemasukan, pengeluaran, hutang, dan aset yang dimiliki. Ini untuk menghindari misalnya ternyata calon suami/istri memiliki hutang yang banyak dan baru diketahui setelah menikah.
2. Apa tujuan finansialmu?
Pertanyaan ini untuk mencari jawaban tentang target dan prioritas yang hendak dicapai jika memiliki uang dalam jumlah tertentu misalnya membeli rumah, kendaraan, rencana pensiun, dan lain sebagainya.
3. Bagaimana kamu membelanjakan dan meyimpan uangmu?
Pertanyaan ini untuk mengetahui kebiasaan pasangan dalam alokasi pengeluaran serta strategi dan alokasi menabung.
4. Bagaimana cara kita mengelola keuangan bersama?
Apakah nantinya akan membuat akun rekening bersama (gabung) atau pisah, pembagian kewajiban finansial, dan pembuatan keputusan finansial lainnya.
5. Bagaimana rencana kita dalam menghadapi hal-hal tak terduga terkait keuangan dalam rumah tangga?
Ini untuk menemukan langkah antisipasi pengeluaran tak terduga seperti tiba-tiba pasangan dipecat dan kehilangan pekerjaan, biaya pengobatan di saat sakit, reparasi kendaraan, dan renovasi rumah.
Semoga jawaban saya ini bisa membantu. Untuk lebih jelasnya, silahkan Anda dan pasangan datang ke tempat saya untuk mendapat jawaban apakah Anda dan pasangan harus meneruskan hubungan ke jenjang pernikahan. Salam.