TANYA
Assalamu’alaikum, Gus Massar. Saya ingin bercerita sedikit tentang suami saya. Suami saya mengundurkan diri dari pekerjaan sebagai ASN pada sebuah kementerian karena alasannya ada banyak hal yang bertentangan dengan prinsip dan idealismenya. Padahal dia termasuk pegawai baru. Sekarang pindah ke perusahaan swasta. Meskipun gaji lebih besar, tapi dia sering mengeluh tidak kerasan atau tidak betah. Alasannya terkait dengan perlakuan atasan yang menurutnya tidak adil. Juga kelakuan teman kerja yang tidak bisa diajak kerjasama. Ditambah dengan ulah senior yang sering menyuruhnya ini itu yang tidak ada kaitan dengan tanggung jawab pekerjaannya. Suami saya sering marah tidak jelas kalau pulang kerja. Anak kami yang masih kecil juga jadi sasaran kemarahannya. Bagaimana ini Gus?
Eriana, BSD, Tangerang
JAWAB
Wa’alaikumussalam warohmatullohi wabarokatuh. Ibu Eriana bisa menyampaikan saran saya berikut ini pada suami Anda. Pisahkan antara pekerjaan dengan perasaan. Jangan biarkan kesulitan kerja memberikan efek ketidaknyamanan dalam perasaan. Setiap jenis pekerjaan ada kesulitan dan tantangannya. Setiap masalah pekerjaan ada solusi logisnya. Cari solusi secara logis menggunakan prinsip manajemen. Jangan mencampur beban pekerjaan dengan perasaan. Perasaan, kenyamanan, adalah ruang yang tidak boleh diusik oleh pekerjaan. Khususnya oleh sesama kolega satu tim yang tidak bekerja dengan baik. Jangan membawa masalah dan konflik kerja ke dalam rumah. Jangan pula membawa persoalan rumah tangga ke dalam pekerjaan. Memisahkan antara persoalan pribadi, individu, dan masalah pekerjaan adalah bentuk profesionalisme dalam bekerja. Satu lagi, jangan pernah membicarakan kekurangan teman kerja dan atasan saat nongkrong bersama teman kerja yang lain. Bekerja itu salah satu tujuannya adalah mendapatkan uang. Bukan untuk nyinyir, julid, dan mencari aib. Bekerja, pulang, dan dapat gaji tiap bulan. Dengan begitu suami Anda akan mendapat ketenangan dalam bekerja. Ajak suami Anda ke tempat saya. Semoga ada perubahan yang lebih baik. Salam.