INGIN ANAK SUKSES

TANYA

Selamat siang, Ustad Massar. Salam Kebajikan. Perkenalkan saya Carletta. Saya bekerja sebagai sekretaris. Saya memutuskan untuk konsultasi pada Ustad Massar atas rekomendasi dari atasan saya, salah satu direksi bank “plat merah” yang anaknya sembuh dari penyakit aneh karena berobat pada Ustad Massar. Saat ini anak bos saya sudah diterima di salah satu kampus Ivy Leagues di Amerika Serikat karena mengikuti arahan dan saran dari Ustad. Jadi sebetulnya waktu atasan saya bertemu dengan Ustad, saya yang memesan tiket pesawat. Saat itu saya sudah bertanya ini pergi dalam rangka apa karena tidak ada catatan rencana dalam agenda. Atasan saya hanya berkata bahwa ini perjalanan dengan biaya pribadi bukan atas nama perusahaan dan suatu saat akan memberitahu saya kalau anaknya sudah sehat. Semua teman di kantor sudah pada tahu tentang anak bos yang sakit karena sempat menjenguk waktu dirawat di RS selama seminggu tapi tak ada kemajuan berarti. Kata atasan saya, Ustad Massar bisa juga menangani masalah keluarga, karir, dan bisnis selain masalah pengobatan penyakit “non medis”.

Saat ini saya sedang tidak ada masalah yang rumit. Saya hanya ingin Ustad membantu saya agar kelak kalau saya sudah punya anak, maka anak saya benar-benar bisa menjadi anak yang memiliki kualitas bagus dari segi pengetahuan maupun sikap dan tingkah laku sehingga mampu bersaing di tengah zaman yang semakin berkembang. Sudah dua bulan ini saya menikah. Saya dan suami masih pengantin baru. Nah, kami (saya dan suami) memilih untuk menunda punya anak dengan alasan ada beberapa hal yang perlu kami persiapkan. Kalau soal uang tidak ada masalah bagi kami. Hanya saja kami masih belajar tentang parenting agar kalau anak kami lahir, kami anggap anak kami sebagai amanah sekaligus anugerah rizki dan berkah yang membahagiakan bukan sebagai beban apalagi investasi.  Terus terang saya juga khawatir melihat pergaulan anak-anak muda sekarang.

Carletta, Surabaya

 

JAWAB

Salam Kebajikan untuk Ibu Carletta. Sampaikan salam saya untuk bos Anda. Saya salut dengan pola pikir Anda tentang anak. Sebagian besar orangtua memang masih ada yang menganggap anak sebagai investasi untuk masa tua. Itulah kenapa sering di masyarakat kalau ada orang yang belum memiliki anak kerap ditanya, “Kok kamu belum punya anak? Nanti kalau kamu tua siapa yang merawat?” Dalam hal ini, anak dianggap sebagai investasi yang menguntungkan.

Jika seorang anak kemudian tidak menjadi seperti yang diharapkan orangtua, misalnya anak tidak sukses, tidak kaya raya, tidak membalas orangtua dengan harta, lantas anak dianggap durhaka. Jika dari beberapa anak, satu anak menjadi kaya, yang lain menjadi miskin, orangtua kemudian hanya menghargai anak yang kaya. Anak yang miskin tidak terlalu dianggap.

Anak bukanlah barang atau benda mati. Anak adalah manusia yang memiliki pikiran dan kehendak. Anak memiliki kebebasan untuk terbang menjemput cita-cita dan menyusuri jalan nasibnya sesuai dengan kemampuan, talenta, bakat, minat, dan passion. Orangtua perlu mendukung dan mengarahkan selama itu adalah hal yang baik, bukan malah membatasi dan mengurung atau mematahkan “sayap” anak untuk bisa terbang.

Segala jerih payah orangtua dalam merawat, mengasuh, dan membesarkan anak, harus ada timbal balik balas budi. Ini pemikiran yang kurang pas dan cenderung pamrih. Ajaran tentang keikhlasan mestinya juga dipraktikkan oleh orangtua. Kalimat seperti, “Kamu sudah kurawat dan kubesarkan, mana balas budimu?” Meskipun demikian, seorang anak yang baik, pasti dia akan jadi anak berbakti, biarpun tidak selalu dalam bentuk pemberian materi. Seorang anak yang bermanfaat bagi orang lain, bagi masyarakat, tentu pahala kebaikan akan mengalir juga ke orangtua walaupun hasilnya tidak selalu harus berbentuk uang. Hal begitu, mestinya juga membuat orangtua bangga dan senang karena memiliki anak yang berguna bagi sesama meskipun tidak hidup dengan harta melimpah kaya raya yang menjadi ukuran satu-satunya atas definisi kesuksesan.

Semua orangtua tentu ingin anak-anaknya jadi anak yang sukses dan berkecukupan hidupnya. Dalam kenyataan, masih banyak orang miskin di dunia ini dan mereka juga dulunya adalah anak-anak yang oleh orangtuanya diharapkan jadi orang yang sukses. Definisi sukses dari sudut pandang awam memang masih berkisar pada banyaknya harta dan menterengnya jabatan. Pola pikir seperti ini yang harus dibenahi.

Untuk pertanyaan Anda tentang bagaimana agar memiliki anak yang sukses, saya menyarankan beberapa hal. Pertama, Anda benar-benar harus mempersiapkan sejak dini. Sejak dini itu benar-benar dini, sejak awal ketika para orang tua memutuskan untuk “membuat anak”. 1000 hari pertama anak itu sangat penting. Kalau perlu 6 bulan sebelum memutuskan punya anak, ganti pola makan, pola hidup agar benih kalian (Anda dan suami) benar-benar bagus dan berkualitas. Ini agar otak janin bisa berkembang dengan baik.

Kedua, orangtua perlu benar-benar memperhatikan dan melakukan observasi ketertarikan anak itu tentang apa dan di bidang apa. Sediakan banyak buku dan bahan bacaan yang dilengkapi gambar yang secara visual menarik. Komik dan ensiklopedia misalnya. Ajak anak untuk mengenal alam dan bersentuhan dengan alam secara langsung bukan melalui gadget dan video saja. Batasi penggunaan gadget pada anak. Kenalkan dengan nama-nama berbagai jenis flora dan fauna. Jadi, melatih minat baca dan literasi anak-anak sejak dini itu penting.

Ketiga, nilai bagus secara akademik di sekolah tidaklah cukup. Asah kemampuan anak dengan keterampilan sosial dengan berkomunikasi dan mengikuti perlombaan meskipun tidak menjadi juara nomor satu. Itu untuk menambah pengalaman dan melatih mental. Anak juga perlu dilatih untuk menerima kegagalan dan mengatasi kesulitan. Menguasai bahasa asing dan teknologi juga diperlukan.

Keempat, jadilah teladan yang baik bagi anak baik dalam hal ucapan maupun perbuatan. Janganlah orangtua bertengkar di depan anak-anak. Segera minta maaf kepada anak kalau memang berbuat salah. Orangtua bisa salah, anak juga bisa salah. Anak lebih suka melihat contoh ketimbang mendengar banyak nasihat yang tidak sesuai kenyataan. Orangtua tak bisa menyuruh anak-anaknya belajar sedangkan orangtua justru asyik menonton televisi dengan suara bising. Moral dan etika bukanlah slogan omong kosong atau hanya sekadar untaian kata-kata manis tapi harus dicontohkan. Jadilah teman ngobrol yang asyik bagi anak.

Kelima, banyak-banyak berdoa. Banyak hal di dunia ini yang berada di luar kendali kita sebagai manusia. Kembali lagi perlu kekuatan doa dan iman. Banyak orang stress dan jahat juga di luar sana. Ada saja orang yang iri dan berusaha menghalangi orang lain dalam mencapai tujuan yang baik, dalam menggapai cita-cita dan kesuksesan. Semoga anak-anak lebih banyak bertemu dengan orang-orang baik yang membantu dan mendukung cita-cita menuju keberhasilan. Jika bertemu orang jahat bisa menjauh dengan selamat dan mengambil hikmah pelajaran.

Keenam, lakukan tes bakat minat dan menggali apa life purpose yang dimiliki anak sejak dini. Bisa dicek melalui jalur Psikotes, analisis Grafologi, Bazi, Human Design, Numerologi, Shio, Astrologi, Zodiak, dan lain sebagainya. Ini bisa membantu orangtua dalam memetakan strategi hidup anak ke depan. Dengan begitu, Anda tahu kelebihan dan kekurangan anak Anda. Anda tidak terjebak pada satu sisi Anda terlalu bangga dengan kelebihan anak dan di sisi lain justru membenci anak karena kekurangannya. Banyak orangtua yang bingung anaknya mau jadi apa dengan bilang “terserah anak saya saja” ditambah anak juga bingung cita-citanya mau jadi apa. Fokus pada kelebihan anak yang berpotensi jadi modal untuk mencapai cita-cita bukan fokus kepada kekurangan. Di sinilah istilah bahwa setiap anak punya “privilege” yang tidak harus diartikan sebagai banyaknya harta orangtua yang bisa menyokong hidup anak.

Terakhir sebagai penutup. Tidak ada satu model parenting yang cocok untuk semua orangtua di muka bumi ini. Kondisi tiap keluarga tentu berbeda-beda. Tapi yang perlu digarisbawahi adalah, model parenting apapun untuk bisa dilaksanakan dengan baik, syaratnya hanya satu: jadilah Ibu yang tenang dan gembira. Seorang Ibu yang stress, depresi, dan mudah marah hanya akan menularkan hal negatif kepada anak-anaknya. Ini juga berlaku bagi seorang ayah. Apalagi jika hal-hal negatif itu adalah warisan parenting dari orangtua sebelumnya yang membawa trauma dan luka batin yang tidak berkesudahan sehingga harus diputus alurnya. Segera hubungi admin untuk mendapat jadwal antrian bertemu saya. Ada beberapa hal yang harus saya sampaikan secara langsung demi kelancaran dan keselamatan Anda dan buah hati selama hamil dan melahirkan nantinya. Salam.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *