Sikap Bijak Menghadapi Isu #IjazahPalsu Presiden Joko Widodo

Akhir-akhir ini kita kembali dihadapkan pada perbincangan publik yang cukup ramai, yakni tuduhan terkait keaslian ijazah Presiden Joko Widodo. Sebuah isu yang memantik perdebatan, mengundang opini, bahkan tak jarang menimbulkan kegaduhan yang mengikis adab dalam menyampaikan pendapat.

Sebagai seorang hamba yang beriman, kita diajarkan oleh agama ini untuk tidak terburu-buru menyimpulkan sesuatu sebelum ada kejelasan dan bukti yang sah. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Wahai orang-orang yang beriman, jika datang kepada kalian seorang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kalian tidak menimpakan musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kalian menyesal atas perbuatan itu.”
(QS. Al-Hujurat: 6)

Ayat ini mengajarkan kepada kita pentingnya tabayyun — verifikasi, klarifikasi, dan kehati-hatian dalam menerima informasi. Apalagi jika informasi itu menyangkut kehormatan seseorang, terlebih lagi pemimpin negeri.

Tugas kita sebagai masyarakat bukanlah menjadi hakim bagi isu-isu yang belum jelas, apalagi ikut menyebarkannya tanpa dasar. Nabi Muhammad ﷺ bersabda:

“Cukuplah seseorang dikatakan berdosa jika ia menceritakan setiap yang ia dengar.”
(HR. Muslim)

Dalam kondisi seperti ini, marilah kita lebih banyak menjaga lisan dan jari-jemari kita di media sosial. Jika benar ada persoalan hukum, biarkan itu diselesaikan oleh pihak yang berwenang dengan bukti, mekanisme, dan prosedur yang berlaku. Kita doakan agar keadilan ditegakkan tanpa keberpihakan, dan kebenaran ditegakkan tanpa kebencian.

Jangan biarkan kita menjadi bagian dari umat yang mudah terpecah karena isu. Jangan sampai kita mengorbankan persaudaraan hanya karena perbedaan pandangan. Islam mengajarkan persatuan di atas keadilan, bukan fitnah di atas prasangka.

Saudaraku, lebih baik energi kita difokuskan pada hal-hal yang membawa maslahat. Mari perbanyak istighfar, perkuat silaturahmi, dan perbaiki niat kita dalam berbangsa dan beragama. Bila ada sesuatu yang belum kita ketahui secara pasti, diam itu lebih baik. Karena diam dalam ketidaktahuan adalah tanda kebijaksanaan, bukan kelemahan.

Semoga Allah membimbing kita semua untuk senantiasa menjaga hati, lisan, dan amal perbuatan. Aamiin ya Rabbal ‘alamin.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *