TANYA
Gus Massar yang saya hormati. Saya seorang ibu rumah tangga dengan satu anak perempuan berusia 7 tahun. Entah kenapa selama beberapa bulan ini saya merasa rumah tangga saya terasa hampa dan hambar. Saya dan suami tidak ada masalah ekonomi. Keuangan kami cenderung stabil dan lebih dari cukup. Saya hanya merasa suami saya sudah tidak romantis lagi seperti saat pacaran dan masa awal pernikahan. Suami saya lihat juga seperti terjebak rutinitas. Berangkat kerja, pulang, tidur. Pulang dari kerja, sering dia duduk termenung sendiri di teras merokok setelah bermain sebentar dengan putri kami. Setelah itu dia mandi, makan malam bersama kami, nonton tivi dan berangkat tidur. Saya juga jenuh menjadi ibu rumah tangga. Setiap hari memasak, bersih-bersih rumah, mencuci baju, merawat dan mengasuh anak. Di saat-saat begitu saya sering teringat mantan pacar saya.
Mungkin pernikahan saya akan lebih bahagia jika saya menikah dengan pacar saya yang dulu. Akan tetapi, mengingat pacar saya juga seperti mengingat rasa kecewa yang ikut muncul. Orangtua saya tidak merestui. Kami berpisah. Dia menikah dengan orang lain. Suami saya mengalami hal berbeda. Dia batal menikah karena pacarnya meninggal akibat kecelakaan. Saya sebetulnya merasa bersyukur juga bertemu suami saya. Kami berdua sama-sama punya masa lalu pahit. Menikah dengan suami saya sekarang seperti dua orang yang bertemu dan saling mengobati. Saya juga termasuk beruntung karena lahir dari keluarga berada. Orangtua saya sering mengajak saya dan kakak-kakak saya jalan-jalan dan makan-makan bersama. Betapa enaknya masa muda ketika masih lajang. Saya sering melihat teman-teman sekolah dan kuliah saya di instagram sering plesiran. Saya iri melihat mereka. Saya kadang ingin kembali seperti masa muda. Bercerai dengan suami saya, meninggalkan anak saya bersamanya, lalu saya melanglang buana. Bebas dari rutinitas. Apakah yang saya rasakan ini wajar atau hanya saya saja yang punya keinginan dan perasaan seperti itu?
Indah Novarina, Magelang
JAWAB
Ibu Indah di Magelang, semoga Anda sehat sekeluarga. Dari sekian banyak pasangan yang berkonsultasi dengan saya dan ingin bercerai memang faktor penyebabnya macam-macam. Meskipun didominasi faktor perselingkuhan dan ekonomi, juga ada masalah dari luar, komunikasi, rasa bosan, dan KDRT. Lakukan kegiatan lain agar tidak jenuh misalnya menjalankan hobi atau sesekali ngobrol dengan tetangga. Anda ajak suami Anda jalan-jalan dan makan-makan. Rayakan ulang tahun anak, ulang tahun Anda, ulang tahun pernikahan, ulang tahun suami Anda untuk menciptakan atmosfer keluarga yang harmonis sebagai rasa syukur. Beri kejutan dan hadiah. Bangun komunikasi yang baik.
Sebagai respon dari pertanyaan Anda yang juga dialami oleh banyak pasangan yang sudah menikah, saya akan mencoba melihat dari sisi lain. Tidak semua orang bersih dari masa lalu ketika memasuki gerbang pernikahan. Ada yang masih membawa luka masa lalu dengan berbagai bentuk dan wujud. Penyebabnya bisa dari faktor keluarga, latar belakang profesi, ekonomi, parenting, atau hubungan asmara yang pernah kandas. Saya kira ini akan menjadi bahan refleksi yang baik bagi para “pengantin lawas”. Istilah yang saya pakai sebagai antonim dari “pengantin baru”.
Seseorang yang saat ini menjadi pasangan kita. Maaf, saya memakai kata ganti “kita” untuk merujuk pada hal yang umum karena banyak yang mengalami. Seseorang yang sekarang mendampingi kita, ada di samping kita sebagai pasangan hidup kita, adalah juga manusia. Tidak semua orang tahu dan paham trauma atau luka seperti apa yang dia bawa dari masa lalu. Namun, siapa tahu, setelah menikah dia sudah berdamai dengan lukanya. Berdamai dengan diri sendiri. Tapi namanya juga manusia, memori itu sulit untuk dihapuskan. Maka sebagai pasangan yang saat ini berjodoh dengannya, jadilah pasangan yang bila belum bisa ikut menyembuhkan lukanya, setidaknya tidak menambah atau ikut memunculkan luka lama. Tidak semua orang siap dan sanggup mengalami perpisahan dengan orang yang dikasihi, disayangi dan dicintai. Apalagi perpisahan yang terjadi secara mendadak.
Oleh karena itu, saya berpesan, dan semoga bermanfaat bagi Anda dan suami serta bagi siapapun yang membaca tulisan di website ini. Lihatlah sisi baik masing-masing pasangan. Bagi para suami, mungkin istri Anda tidak sempurna, tapi dia hormat sekali dengan mertua atau orangtua. Berlaku baik dengan saudara kandung dan saudara ipar. Bagi istri, mungkin suami tidak setampan dan seromantis aktor drama Korea atau seperti pangeran dalam film tapi dia tidak pernah mengeluh dalam menjalani rumah tangga bersamamu. Dia tidak menunjukkan letih dan lelah sepulang kerja dengan sikap marah dan judes.
Akan selalu ada titik ketidaksempurnaan pada pasangan. Namun, selalu akan ada yang membuat kita sadar bahwa bersama dengan dia yang menjadi pasangan kita saat ini, menjalani rumah tangga yang ombak samuderanya sudah kita ketahui pasang surutnya, maka akan lebih mudah untuk dilayari. Hidup bersama pasangan yang masalah-masalahnya sudah kita kenal dengan pasti, tentu akan lebih mudah karena rasanya kita sudah memiliki kunci jawaban. Karena pasangan kita tidak sempurna, maka jagalah yang sudah ada dengan sebaik-baiknya. Meskipun sudah lama hidup bersama tidak menjadikan kita boleh menggunakan rem blong sesukanya. Tetap harus ada ruang untuk menahan diri agar tidak muncul luka baru. Sebab luka baru tambahan dari luka yang pernah ada sebelumnya itu akan butuh waktu yang lebih lama untuk menyembuhkannya. Demikian semoga bisa menjawab pertanyaan Ibu Indah. Salam.