Saya mendirikan perusahaan pembuat mesin. Saat memulai proyek baru, ada beban berat yang saya tanggung. Nilai investasi dan tanggung jawab yang besar pada klien sering kali membuat saya susah tidur nyenyak. Saya sering mengalami insomnia. Hal lain yang juga membuat saya sering khawatir sebagai pengusaha adalah soal karyawan terutama soal kemampuan perusahaan memberi gaji dan kesejahteraan. Meskipun akuntan saya rutin memberi laporan keuangan, pergerakan fluktuasi profit kerap membuat saya ketar-ketir ketika mendekati tanggal penggajian. Bagaimanapun juga, kenyamanan dan kesejahteraan karyawan juga menjadi perhatian saya kalau tidak ingin para karyawan terbaik saya resign dan mencari perusahaan lain yang sanggup memberi lebih. Hal seperti ini tidak akan dirasakan oleh orang yang bukan pebisnis, pengusaha, dan entrepreneur.
Sebagai entrepreneur saya cukup paham bahwa perkerjaan saya kerap membuat saya kurang tidur dan tak sempat makan bisa berisiko pada kesehatan fisik saya. Bisnis memang tidak seglamor bayangan orang. Di balik itu, ada banyak detail yang harus dihadapi pebisnis dan tak jarang menghadapi batu sandungan. Saya merasa kecewa dan stress saat mengalami kendala mulai dari urusan pajak, penipuan, hingga ditinggal karyawan. Sebagian orang tentu tahu bahwa stress bisa berdampak pada kesehatan tubuh tapi sebagian belum tahu dampaknya bagi kesehatan jiwa. Meskipun tidak sibuk di meja kerja, beban pekerjaan dan tanggung jawab seorang entrepreneur berbeda dengan karyawan.
Seorang entrepreneur sedikit banyak harus turun tangan langsung dan menangani bisnisnya. Saya melakukan itu sebagai bagian dari fungsi kontrol dalam manajemen. Saya tidak serta merta membaca dan mendengar laporan dari bawahan saya tentang proses, alur, dan hasil kinerja. Sehingga, tak jarang seorang entrepreneur kelelahan secara fisik dan mental. Meskipun saya punya asuransi kesehatan, dokter pribadi, konsultan bisnis, dan layanan psikolog langganan, dalam hal-hal khusus saya butuh seseorang yang sanggup menyokong kekuatan mental dan jiwa saya dalam menjalankan bisnis. Dalam hal ini, saya merasa beruntung bertemu dengan Ustaz Massar. Melalui seorang teman saya yang juga pebisnis, saya diperkenalkan dengan Ustaz Massar.
Dalam beberapa kali sesi terapi, Puji Tuhan, saya merasakan adanya perbedaan. Saya menjadi lebih rileks, pikiran enteng, overthinking tidak seperti sebelumnya, dan rasa cemas berlebihan mulai sirna. Saya tampil lebih percaya diri dan lebih terlihat berwibawa. Istri dan karyawan saya melihat adanya perubahan pada diri saya. “Bapak kelihatan lebih ceria dan mukanya cerah,” kata karyawan saya. Kini saya bisa tidur nyenyak tiap malam dan bangun pagi dengan lebih bersemangat. Bisnis yang saya jalankan terasa bukan sebagai beban tapi sebagai bagian dari dinamika hidup yang harus saya jalani demi kemaslahatan dan tanggung jawab saya sebagai manusia. Terima kasih, Ustaz Massar.
Eko Prasojo, Pekanbaru, Riau