Tahun 2020 menjadi tahun paling menantang bagi saya. Untuk pertama kalinya saya harus menutup 28 cabang salon di beberapa kota. Usaha yang sudah saya jalankan selama 16 tahun. Saya kira waktu itu PSBB hanya akan berlangsung selama dua minggu saja. Namun, yang terjadi justru lebih buruk dari apa yang saya pikirkan. Awalnya saya optimis bisa bertahan. Semakin ke sini saya harus realistis dan menyadari bahwa apa yang terjadi adalah hal serius yang bukan hanya dialami oleh saya sebagai pelaku bisnis. Saya lantas memanggil kepala cabang salon untuk mempersiapkan diri menghadapi kondisi terburuk.
Sekitar 90 persen karyawan saya adalah wanita yang menjadi tulang punggung keluarga. Sebagian besar dari mereka adalah anak pertama yang memiliki adik dan orangtua, menjalani peran ganda juga sebagai ibu rumah tangga, dan ibu tunggal yang menanggung kewajiban membiayai anaknya. Satu-satunya cara untuk survive adalah saya menutup semua cabang. Dan tentu saja itu berdampak pada 470 karyawan saya. Saya tidak melakukan PHK tapi saya tetap menggaji mereka meskipun ada pengurangan tunjangan transportasi dan uang makan.
Di tengah pikiran yang berkecamuk, saya menghubungi teman saya kuliah yang mempunyai bisnis yang juga terdampak pandemi. Siapa tahu ada hal yang bisa dibagikan kepada saya agar saya bisa lebih tenang dan fokus. Tidak panik dan semangat untuk bisa mengambil keputusan dengan pikiran jernih. Saat itulah teman saya merekomendasikan agar saya menghubungi Gus Massar. Saya sempat menanyakan siapa itu Gus Massar dan apa keahliannya. Menurut teman saya, Gus Massar membuka konsultasi dan sempat mengisi rubrik di beberapa media cetak. Banyak pejabat, pesohor, dan pebisnis yang sudah mentok tidak tahu harus berbuat apa dalam menyelesaikan masalah keluarga dan bisnis meminta saran kepada Gus Massar.
Alhamdulillah setelah beberapa kali sesi terapi jarak jauh, saya merasakan pikiran saya lebih tenang dan mantap dalam mengambil keputusan. Saya mulai mengatur ulang sumber daya yang ada serta menyusun cash flow yang baru agar sesuai dengan kondisi keuangan. Beberapa produk yang tersedia di salon seperti produk perawatan tubuh dan rambut saya pindahkan ke marketplace. Saya seperti belajar bisnis lagi dari awal. Pengetahuan tentang e-commerce, digital dan online marketing, serta cara pembuatan konten video saya lahap. Berbagai produk tersebut laris manis. Meskipun saat itu penjualan belum bisa menutup biaya operasional, saya menyadari bahwa sebagaimana diungkapkan oleh Gus Massar kepada saya, dalam kondisi yang sangat sulit, kita harus ikut bertumbuh, bukan hanya diam saja. Itu sekelumit pengalaman saya yang sudah saya lewati. Saat ini bisnis saya sudah kembali normal dan saya masih berkomunikasi dengan Gus Massar bahkan bisa bertatap muka secara langsung. Terima kasih untuk teman-teman, para karyawan saya, keluarga saya, dan Gus Massar yang senantiasa mendukung saya.
Dari ASD di Jakarta